mesranya angin menyapa,
lembut sungguh kelopak mawar,
dan harumnya,
bagaikan puisi rindu menusuk ke kalbu.
panggilan bagaikan seruling buluh,
mendayu-dayu bernyanyi lagu angin,
siapalah aku untuk menyahut?
termangu-mangu si pungguk,
menunggu pulangnya puteri cahaya.
sambil langit berubah warna,
aku tertanya-tanya,
ke mana pergi puisi rindu,
kalau bukan ke kalbu?
bagaikan si pungguk sabar,
aku menanti angin membawa khabar,
bagaikan si pungguk dungu,
aku termangu-mangu menunggu.
0 comments:
Post a Comment